Tak cukup hanya di dalam hati

“Di jaman yang penuh dengan fitnah ini, membela orang yang benar tidak cukup di dalam hati” -Goenawan Mohammad

Thursday, May 13, 2010

Kekuatan Spontan Orang Biasa Membela Sri Mulyani Indrawati

Dikutip dari Perspektif Online Wawancara Wimar Witoelar - Susy Rizky
Wawancara radio bisa didownload disini : rekaman mp3:

Terima kasih Anda terus bersama kami setiap minggu tanpa interupsi sejak tahun 1996. Kita bangga dan senang tidak pernah kesulitan mencari tamu karena tamu kami dipilih dengan sangat selektif, bukan berdasarkan prestasi, sekolah atau kemampuan tapi dari inspirasi yang diberikannya kepada masyarakat. Juga dari kegunaannya untuk diketahui orang biasa karena di Indonesia kalau kita tidak terinspirasi oleh orang biasa maka terlalu banyak orang tidak biasa yang tidak benar. Tamu kita kini Susy Rizky Wiyantini. Dia adalah anggota kelompok Kami Percaya Integritas Sri Mulyani Indrawati (KPI-SMI) di jejaring media sosial.

Susy Rizky Wiyantini mengatakan KPI-SMI berdiri pada akhir November 2009 sebagai bentuk keprihatinan bahwa seorang pejabat publik yang kita lihat dan tanpa mengenalnyapun kita tahu bahwa dia orang baik, cerdas, dan jujur, kok dianiaya. Kami di situ bukan hanya menanggapi tapi juga mendiskusikan topik-topik yang hangat di luar. Kami merasa informasi di media banyak yang tidak benar. Kita diskusikan, tukar informasi apa sih yang sebenarnya terjadi.

Prinsip KPI-SMI adalah bukan Sri Mulyani yang membutuhkan dukungan, kitalah yang memerlukan dia. Jadi tidak terbalik. Tanpa kita pun Sri Mulyani tetap bertahan kok. Kalau tidak bertahan pun dia bisa seperti orang-orang katakan bahwa dia bisa bekerja dimana saja, seperti di Bank Dunia. Justru kita yang memerlukan dia. Kita harus bisa mempertahankan Sri Mulyani Indrawati untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.

Berikut wawancara Wimar Witoelar dengan Susy Rizky Wiyantini.

Saya akan bicara dua poin pada pembukaan wawancara ini. Poin kesatu, social media. Tanpa terasa kita semua yang menggunakan internet sudah menjadi peserta dari social mediaSekian tahun yang lalu kita melihat bahwa komputer bukan hanya untuk berkirim-kiriman e-mail atau menyimpan data tapi justru untuk berinteraksi. Interaksinya bukan hanya satu dengan satu, tapi satu dengan banyak. Singkat kata, pada awalnya ada friendster, facebook, dan youtube. Belakangan ini sudah mengerucut menjadi tempat dimana orang bergaul dengan tiga parameter, yaitu kesatu, ada konsepnya berupa pertemuan umum atau pertemuan orang sepaham atau lainnya. Kedua, ada konten atau isinya. Ketiga, ada komunitasnya. Saya berikan tiga contoh saja yang Anda sudah familiar, yaitu facebook yang punya angggota belasan juta di seluruh dunia dimana Indonesia menjadi negara yang paling banyak anggotanya di luar Amerika. Kemudian kita mengenal twitter yang juga sangat besar. Satu lagi di Indonesia adalah koprol yang anggotanya terbatas di Indonesia. Ketiga-tiganya memiliki konsep berbeda. Misalnya, facebook ada foto dan ada cerita serta bisa memasukan paper dan lain-lain. Kalau koprol spesifik pada lokasi, teman-teman dan topik. Kalau twitter itu semua orang bisa ikut, tempat pertemuan umum seluruh dunia.

Nah, itu satu poin bahwa sekarang orang bisa berinteraksi melalui social media. Orang yang semula terikat oleh jarak, waktu, jaringan teman, tidak bisa bicara banyak, menjadi bisa bicara banyak sekarang. Lalu, apa gunanya bicara banyak? Selain untuk pergaulan, dapat pekerjaan, bertemu jodoh dan sebagainya, dalam setahun terakhir terutama facebook memberikan hasil yang tidak diduga yaitu boleh dikatakan mempengaruhi bahkan melawan arus opini publik yang dibentuk oleh kaum politisi dan pemegang kekuasaan yang punya maksud-maksud lain. Jadi kalau suatu topik dikuasai oleh televisi (TV) berita, misalnya TV One dan Metro TV, sehingga orang-orang biasa yang baik dan positif tidak mendapatkan kesempatan tampil. Namun melalui facebook, twitter dan koprol orang-orang biasa tersebut bisa berbicara. Kami juga bergembira bahwa yang menggunakan kesempatan ini bukan politisi lagi, bukan pemegang kekuasaan tapi justru orang-orang biasa karena orang-orang biasa tersebut yang paling bisa menggunakan social media.

Introduksi ini sengaja panjang karena ini yang penting bahwa kalau orang yang sangat kuat masuk ke twitter, misalnya Aburizal Bakrie, maka dia susah untuk melawan orang yang kecil, bebas dan hanya berbicara secara jujur. Kalau seorang Anggota Panitia Khusus (Pansus) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), misalnya Misbakhun yang sekarang sedang di kantor polisi atau Bambang Soesatyo, berbicara di luar seperti di TV One atau Metro TV tentu sangat bias. Namun di facebook, mereka akan kalah suara dengan suara-suara jernih.

Susy Rizky adalah orang yang terbukti bisa menggunakan social media khususnya facebook sehingga mencapai hasil yang sangat besar dalam menjernihkan orang biasa maupun seorang penjabat publik yang sangat diperlukan oleh negara ini seperti DR. Sri Mulyani Indrawati. Sejak sekian lama sampai sekarang Sri Mulyani masih dihujat, di fitnah, mendapat pressure bahkan diusahakan ditindak. Dia masih terus tegar karena didukung oleh presiden dan undang-undang (UU), serta diberi penguatan oleh warga biasa yang ada di facebook. Beberapa bulan lalu suatu kelompok yang namanya "Kami Percaya Integritas Sri Mulyani Indrawati" (KPI-SMI). Bagaimana ceritanya?


Pertama, mungkin perlu saya jelaskan bahwa penggagas (creator) kelompok tersebut ada di Semarang, Jawa Tengah. Sekarang yang menjadi ketua adalah Hasan Tabil Haque yang juga berdomisili di Semarang. Berdiri pada akhir November 2009 sebagai bentuk keprihatinan kita bahwa seorang pejabat publik yang kita lihat dan tanpa mengenalnyapun kita tahu bahwa dia orang baik, cerdas, dan jujur, kok dianiaya. Saya juga baru menemukan manfaat baru dari facebook bahwa kita bisa begitu komit membela seseorang.

Berapa lama Susy di facebook sebelum masuk kelompok KPI-SMI?

Saya sudah hampir setahun tapi hanya untuk say hello, kumpul-kumpul. Kini saya menemukan suatu fungsi baru dari facebook, kita bisa berkumpul dengan masyarakat biasa, yaitu yang punya pandangan sama, yang selama ini tidak pernah bisa menyuarakan ke luar. Kita menemukan tempat untuk menyuarakan pendapat kita.

Berapa jumlah anggota sewaktu Susy mulai bergabung, katanya yang mendirikan orang lain?

Saya bergabung sewaktu anggotanya sudah 20.000, dan itu menjelang Pansus DPR. Sekarang sudah 121.000 anggota.

Para pendengar kalau Anda belum mendaftar KPI-SMI maka masuklah ke facebook. Negara masih memerlukan dukungan dari orang biasa untuk pejabat-pejabat yang bersih dan jujur. Apa saja kerja Susy di situ, apakah menanggapi atau lainya?

Kami di situ bukan hanya menanggapi tapi juga mendiskusikan topik-topik yang hangat di luar. Kami merasa informasi di media banyak yang tidak benar. Kita diskusikan, tukar informasi apa sih yang sebenarnya terjadi. Selama ini banyak info-info yang didapat tidak dari buku.

Di situ Anda dan teman bisa mendapatkan info-info. Darimana info itu?

Banyaklah, anggota saling tukar informasi.

Sebetulnya dalam masyarakat banyak yang tahu kebenaran cuma mereka tidak punya akses ke media mainstream, Apakah Anda bisa merekomendasikan nama media umum yang masih bisa dipegang kebenarannya sekarang?

Beberapa diantaranya Tempo interaktif dan Perspektif Online (www.perspektif.net)

Para pembaca kita menyampaikan hal tersebut sebab di sini tidak berlaku orang tidak boleh mengiklankan, justru kita harus saling sharing apa yang bisa dibaca. Banyak sekali orang yang tanya, apa yang harus saya tanya karena lihat ini tidak percaya, lihat itu tidak percaya. Itu menurut Susy. Apakah hasilnya terasa?

Kalau bagi kami iya. Prinsip kami di KPI-SMI adalah bukan Sri Mulyani yang membutuhkan dukungan, kitalah yang memerlukan dia. Jadi tidak terbalik. Tanpa kita pun Sri Mulyani tetap bertahan kok. Kalau tidak bertahan pun dia bisa seperti orang-orang katakan bahwa dia bisa bekerja dimana saja, seperti di Bank Dunia. Justru kita yang memerlukan dia. Saya lihat makin banyak yang berpendapat sama dengan kita. Kita harus bisa mempertahankan Sri Mulyani Indrawati untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.

Kalau saya memasukkan sedikit pendapat saya yaitu kita mengkhawatirkan bahwa Sri Mulyani Indrawati bisa bertahan tetapi serangan tidak berhenti. Sedangkan banyak tawaran untuk dia bekerja di luar pemerintahan. Kalau saya jadi dia dan setiap hari datang serangan karena tuduhannya dibuat-buat dan baru, maka tentu tidak akan habis. Jadi memang pada saat ini bantuan masyarakat lebih diperlukan lagi. Nah, semula Susy tidak punya akses ke berita, tapi lama-lama memang diperlukan juga dikenal. Saya pernah melihat Anda sewaktu acara Rossy di Global TV. Dimana lagi Anda pernah tampil?

Tidak hanya itu saja. Aktifitas kita ke luar waktu itu adalah kita pernah konferensi pers pada Februari 2010. Kita ingin publik di luar tahu bahwa ada masyarakat yang tidak sependapat dengan DPR dan jumlahnya tidak sedikit. DPR juga harus tahu bahwa banyak yang tidak sependapat dengan mereka. Lalu pada Maret 2010 kita antar petisi ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tanpa bermaksud untuk intervensi, hanya supaya KPK bersikap netral dan obyektif, jadi jangan takut ada tekanan dari pihak luar. Kita ke DPR juga supaya mereka tahu suara kami. Kami juga menyerahkan surat tertulis ke presiden dengan isi yang berbeda tentunya dengan lembaga negara lain.

Jadi para pembaca inilah perlunya kita mempunyai berbagai media. Misalnya, acara wawancara ini tidak akan pernah dibungkam lagi, karena sudah tidak ada rezim keras. Apa pekerjaan Anda, apakah Anda lawyer, ahli ekonomi atau lainnya?

Sekarang saya dagang furniture bekas.

Apakah Sri Mulyani Indrawati pernah membeli furniture di toko Anda?

Tidak, dan keluarga saya tidak ada yang bekerja sebagai pegawai negeri.

Itu satu tipe yang sangat modern. Apakah Anda mengalami kesulitan untuk menjual furniture bekas tapi Anda masih concern dengan persoalan Sri Mulyani Indrawati?

Tadinya saya tidak peduli, lama-lama saya pikir makin keterlaluan. Ini tidak bisa dibiarkan lagi. Semula di grup KPI-SMI saya hanya baca-baca saja. Saya sama dengan yang lainnya hanya orang biasa. Saya terpacu oleh semangat teman-teman di situ.

Apakah anggota yang begitu banyak bukan orang yang powerfull?

Oh, tidak ada. Mungkin menjadi member tapi tidak aktif. Saya melihat ada beberapa nama tokoh-tokoh tapi tidak aktif. Kita maklum mungkin mereka sibuk. Kalau kita gabung di grup biasanya join lalu tinggalkan. Tapi kalau ini tidak, dari November 2009 sampai hari ini masih aktif semua. Bukan hanya comments tapi juga berdiskusi dan banyak hal.

Saya dengar sekarang Anda sedang persiapan membuat buku, betulkah?

Betul.

Apa kira-kira isi bukunya?

Pandangan teman-teman di grup mengenai persoalan Sri Mulyani Indrawati. Banyak hal yang masyarakat awam tidak tahu karena hanya akses dari TV saja. Nah di sini saya kumpulkan pendapat dari teman-teman menjadi sebuah buku supaya orang punya pegangan tertulis bahwa ini lho kejadiannya menurut kita, Kalau ada yang tidak suka nanti silakan sanggah saja Tapi kami merasa itu kebenarannya menurut kami.

Apakah Susy menjadi editornya?

Tidak, ada teman di situ. Kita akan meluncurkannya pada Mei 2010.

Apa judul bukunya?

Judulnya masih dipilih Gramedia sebagai penerbit kami.

Apakah Anda capek atau tidak dari November 2009 sampai sekarang tidak dibayar termasuk saat diundang TV, mengapa semangatnya tidak luntur?

Sampai setahun lagi kalau DPR masih begitu, kita adu kuat saja. Kita tidak akan turun ke jalan, tapi bukan tidak mungkin bila suatu saat itu diperlukan. Teman-teman mengatakan, "Kita siap" Namun itu sementara kita hindari selama kita bisa mengatasinya.

Daripada turun ke jalan, lebih baik terjun ke stasiun TV.

Dengan senang hati, teman-teman pasti menunggu itu. Kapan kita bisa tampil kalau memang memungkinkan.

Kalau lihat pertumbuhan jumlah anggotanya dari 20.000 menjadi 130.000, apakah barangkali jumlah anggota sekarang sudah stabil?

Masih bertambah terus, walaupun mungkin kecepatannya beda. Sewaktu Sri Mulyani Indrawati muncul di TV (saat Pansus) member kita bertambah 3.000 sehingga wall-nya sampai macet karena semua orang posting untuk kasih pendapat mereka. Setiap kali Sri Mulyani Indrawati tampil di TV membuat member kita bertambah luar biasa. Sayangnya, dia tidak mendapat banyak kesempatan untuk itu.

Saya dengar Sri Mulyani Indrawati akan berikan kata pengantar di buku tersebut, betulkah?

Katanya. Padahal sebenarnya kita tidak terlalu berharap. Kita khawatir buku ini dikira kampanye dia. Itu tidak benar. Ini betul-betul inisiatif rekan-rekan sendiri. Kita tidak pernah ada kontak dengan Sri Mulyani Indrawati

Apakah ini menyita waktu yang banyak dalam keseharian Anda?

Kita tidak full time di situ. Kita hanya full-time dalam pikiran saja, tidak ada tenaga. Kita bisa kerjakan di sela waktu kerja kita.

Apa kesan Anda mengenai media TV dan koran sekarang, apa kira-kiranya akan begitu terus atau ada ada harapan untuk perbaikan?

Sejak mengamati kasus Century, saya jadi mengetahui bahwa selama ini kita banyak dibohongi. Sampai hari ini pun masih begitu, walaupun kita sudah tahu bahwa ternyata itu fitnah. Saya menemukan suatu fenomena baru bahwa ternyata masyarakat sebetulnya peduli, namun tidak ada tempat untuk menyampaikan pendapat.

Apakah Anda pernah dihubungi oleh pihak yang berseberangan?

Sampai saat ini tidak ada.

Apakah wall-nya tidak diisi oleh orang yang berlawanan?

Ooh itu banyak, dengan nama-nama palsu. Kadang-kadang baru dibuat account nama palsu tersebut. Tidak terhitung jumlah yang melakukan itu.

Apa kegiatan selanjutnya, apakah ada rencana kopi darat (Kopdar)?

Itu kita lakukan insidentil saja. Itu sering seperti dengan dengan memakai kaos yang harus dibeli.

Apakah ada gambaran demografi anggota grup tersebut seperti berapa umurnya?

Kalau dari segi usia komplit. Dari mulai masih di sekolah menengah atas (SMA) sampai dengan usia 65-70 tahun. Saya senang di berada grup ini karena kita bisa melihat ternyata anak sekolah ada yang peduli, misalnya seperti Julianna, Rere, sedangkan mahasiswanya seperti Monalisa, dan lain-lain.

No comments: